Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Berbagai aspek
kebudayaan Indonesia: Bendera Merah Putih, Wayang Kulit,
Garuda
Pancasila, Keris,
Nusantara,
Candi
Borobudur, tarian Papua, Masjid Raya Baiturrahman, Rumah Gadang
Minangkabau,
ukiran kayu khas Toraja,
Sate, Angklung,
tari Pendet
dari Bali,
Tumpeng,
Gamelan,
serta Batik
dan Songket.
Budaya
Indonesia adalah seluruh
kebudayaan
nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah
ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang
diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP
MPR No.II tahun 1998, yakni:
“
|
Kebudayaan nasional yang
berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan
karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya
upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai
bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan
nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan
Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai
Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199
|
”
|
Kebudayaan
nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari
kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin
dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada
kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional,
serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat
dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana
pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga,
itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan
daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang
Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi,
“Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang
tertera pada GBHN
tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945
Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan
eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga
kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka
mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan
mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di
amandemen, UUD 1945
menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah
kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di
daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri
dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki
makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur
pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara
nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan
asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.
Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan
daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Berikut ini
beberapa kebudayaan Indonesia berdasarkan jenisnya:
Rumah adat
- Aceh: Rumoh Aceh
- Sumatera Barat: Rumah Gadang
- Riau: Selaso Jatuh Kembar, Lontiok
- Sumatera Selatan: Rumah Limas
- Jawa: Joglo
- Papua: Honai
- Sulawsi Selatan: Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
- Sulawesi Tenggara: Istana Buton
- Sulawesi Utara: Rumah Panggung
- Kalimantan Barat: Rumah Betang
- Nusa Tenggara Timur: Lopo
- Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)
Tarian
Tarian
Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat
dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia,
dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat
yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
berbagai tarian khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian
asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di
berbagai sanggar
dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang
dijalankan pemerintah.
Untuk keperluan
penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam berbagai
kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga era:
era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi
dalam dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan,
dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya,
tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.
Lagu
Lagu daerah
atau musik daerah atau lagu kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal dari
suatu daerah
tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik
oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu
daerah ini tidak diketahui lagi alias noname.
Lagu kedaerahan
mirip dengan lagu kebangsaan, namun statusnya hanya bersifat
kedaerahan saja. Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai dengan bahasa
daerahnya masing-masing seperti Manuk Dadali
dari Jawa Barat
dan Rasa Sayange
dari Maluku.
Selain lagu
daerah, Indonesia juga memiliki beberapa lagu nasional atau lagu patriotik yang
dijadikan sebagai lagu penyemangat bagi para pejuang pada masa perang
kemerdekaan.
Perbedaan
antara lagu kebangsaan dengan lagu patriotik adalah bahwa lagu kebangsaan
ditetapkan secara resmi menjadi simbol suatu bangsa. Selain itu, lagu kebangsaan
biasanya merupakan satu-satunya lagu resmi suatu negara atau daerah yang
menjadi ciri khasnya. Lagu Kebangsaan Indonesia adalah Indonesia
Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman.
Musik
Identitas musik
Indonesia mulai terbentuk ketika budaya Zaman
Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada abad ketiga dan kedua Sebelum
Masehi. Musik-musik suku tradisional Indonesia umumnya menggunakan instrumen
perkusi, terutama gendang
dan gong.
Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit dan berbeda-beda, seperti alat
musik petik sasando
dari Pulau Rote,
angklung
dari Jawa Barat,
dan musik orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali
Musik di Indonesia
sangat beragam dikarenakan oleh suku-suku di Indonesia yang
bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan seluruh 17.508 pulaunya memiliki
budaya dan seninya sendiri.
Indonesia
memiliki ribuan jenis musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik
tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan,
angklung
dan keroncong,
sementara musik modern adalah pop
dan dangdut.
Gambar
Patung
Pakaian
- Jawa: Batik
- Sumatera Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong,gara gara/Beka buluh
- Sumatera Barat/Minang: Anak Daro, Marapule.
- Riau/Melayu: Baju Kurung Melayu, Kebaya Laboh, Cekak Musang, Teluk Belanga
- Sumatera Selatan: Songket
- Lampung: Tapis
- Nusa Tenggara Timur: Tenun Ikat
- Bugis/Makassar: Baju Bodo, Jas Tutup, Baju La'bu
- Papua Timur: Manawou
- Papua Barat: Ewer
Suara
Sastra/tulisan
Sastra
Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara.
Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi
terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra
Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia.
Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu
(dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya).
Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra
yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara
berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu
yang tinggal di Singapura.
Makanan
Masakan
Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi
berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar
6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional Indonesia secara
umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu berasal dari
rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas,
jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren
dengan diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat
yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok,
Timur Tengah,
dan Eropa.
Pada dasarnya
tidak ada satu bentuk tunggal "masakan Indonesia", tetapi lebih
kepada, keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.
Sebagai contoh, beras
yang diolah menjadi nasi putih, ketupat
atau lontong
(beras yang dikukus) sebagai makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia
namum untuk bagian timur lebih umum dipergunakan juga jagung, sagu, singkong,
dan ubi jalar.
Bentuk lanskap penyajiannya umumnya disajikan di sebagian besar makanan
Indonesia berupa makanan pokok dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur disisi
piring.
Film
Era awal
perfilman Indonesia ini diawali dengan berdirinya bioskop
pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang,
Batavia
dengan nama Gambar Idoep yang menayangkan berbagai film bisu.
Film pertama
yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh
sutradara Belanda
G. Kruger
dan L. Heuveldorp.
Saat film ini dibuat dan dirilis, negara Indonesia belum ada dan masih
merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan
Kerajaan
Belanda. Film ini dibuat dengan didukung oleh aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung
dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember,
1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.
Perfilman
Indonesia sendiri memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di
negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop
lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si
Boy, Blok M dan masih banyak film lain.
Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky
Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou,
Nike Ardilla,
Paramitha
Rusady, Desy Ratnasari.
Selain
film-film komersil, juga ada banyak film film nonkomersil yang berhasil
memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir
Berbisik yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dengan Christine
Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang
dimainkan oleh Christine Hakim seperti Daun di Atas Bantal yang menceritakan
tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film Garin Nugroho
yang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja,
juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena
diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti Beth,
Novel tanpa huruf R, Kwaliteit 2
yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia. Festival Film Indonesia juga kembali
diadakan pada tahun 2004
setelah vakum selama 12 tahun.
Comments
Post a Comment